Hi, I am ¶Horus!

Hi there! How's life?
Ini blog personal sih, jadi yhaa ... enjoy xD

 

Yoi, bersama dengan Horus di blog personalnya - Lagi-lagi daku lembur lagi di hari sekolah, whuuush. Sampai sekolah nanti upacara, lalu mapel pertama Kimia /untung ngga ada tugas/, dan denger-denger hari ini ada ujian Biologi /dor dor dor - gubrak/

Arghhh okei - Daripada daku penat dengan kerjaan sekarang, benahin audio untuk lomba film, mending ku corat-coret saja kan di mari? xDD

Usaha Mu Tidak Akan Sia-Sia

Julias Galuhk Immanuel

 

         Akhir-akhir ini sering kali daku merasa galau, merasa letih, semuanya menumpuk jadi satu - simpelnya daku sering mengeluh. Untuk alasan apa? Entahlah, ku juga tidak tahu tapi yang pasti hal ini benar-benar menyebalkan. Bayangkan kamu bangun - lakukan aktivitas /aktifitas ini simpelnya sih sekolah/ - sampai rumah - buka baju - badan langsung meriang semua. GOD DAMN IT! Well, ku harap kalian juga tidak merasa demikian.
         Sebenarnya sih daku tahu bagaimana cara mengatasinya. Walaupun demikian, daku juga manusia kawan - gimme some break, daku juga ingin memanjakan diri hahaha /jangan dicontoh/ Singkat kata, bagaimana sih caranya agar tidak mudah mengeluh, galau, letih, dan kawan-kawannya itu? Mudah kok gaes, "AKU MAU BERADA DI SINI" - yhaa, katakanlah bahwa kalian mau berada di sini, entah dalam kondisi apapun dan dimanapun, katakanlah itu. Mungkin ini terdengar sedikit memaksakan diri atau masokis /uhuk uhuk, bukan masokis juga sih/ Tapi jika kalian melakukannya dengan benar dan dengan suatu alasan dan kemauan yang benar, --- TRUST ME, IT WORKS!

Random Thought - Edisi Lembur


Hai! Horus disini – berkenaan dengan hangat-hangatnya Youth Pledge a.k.a Sumpah Pemuda daku ingin corat-coret lagi nih.

Yhaa, hari ini tepatnya satu hari sesudah peringatan Sumpah Pemuda yang ke … 2016 dikurangi 1928 hasilnya 88 – yhaa peringatan yang ke 88 (wuih 88 angka simetris nih xD). Daku ingin corat-coret --- yhaa corat-coret sono lama amat mikirnya wkwkkwkw.

What I Think About Youth Pledge

Julias Galuhk Immanuel

 

        Pertama-tama, marilah kita ucapkan ikrar-ikrar Sumpah Pemuda yuk!
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa yang satu, bahasa Indonesia.

- sejujurnya, daku tak hafal ikrar Sumpah Pemuda dan daku malu

        Apa yang kalian pikirkan tentang Sumpah Pemuda? Apa yang kupikirkan tentang Sumpah Pemuda? Menurutku Sumpah Pemuda bukanlah sekedar event-event yang diadakan sekolah [karena saya masih sekolah jadi yang saya ambil konsep sekolah xD] yang ada pembukaan event, upacara, ritual pelepasan balonlah, lomba-lomba kelas, dan kawan-kawannya, tapi Sumpah Pemuda itu uhmm peringatan boleh lah peringatan tapi ya jangan peringatan yang asal-asalan.

        Berikanlah suatu peringatan yang mendalam, peringatan yang menggugah hati, peringantan yang mengingatkan kita pada masa-masa mereka para pejuang berusaha mendapatkan kemerdekaan, peringatan yang dapat membentuk butir-butir kesatuan dan persatuan sesama bagi seluruh bangsa Indonesia! Tidak hanya mereka yang Jawa, Madura, Batak, Toraja, atau suku apapun itu, namun juga buat mereka yang sering kita sebut sebagai orang China, orang Arab, orang Jepang, - PLIS, mereka yang sudah resmi menjadi WNI adalah bangsa Indonesia juga, janganlah kalian menganggap mereka seperti orang yang asing. Saat ini kita terus-terusan dirong-rong oleh isu-isu SARA yang memecah persatuan dan kesatuan kita! Isu-isu yang mengatasnamakan Agama apalagi, duh Gustiiii.

        Kita semua sudah dewasa kawan, bukan lagi anak-anak yang tidak tahu apa-apa, bukan lagi golongan per golongan. Tapi kita adalah satu, satu bangsa yang sama yaitu bangsa Indonesia. Bersatu kita teguh bercerai (kawin lagi) kita runtuh. M A R D I K A ! – Bahasa Sansekerta.

Random Thought - Sumpah Pemuda 2016




Beberapa minggu yang lalu, karena adanya tuntutan untuk membuat cerpen sebagai perwakilan kelas. Akhirnya Horus mbikin dah cerpen. Tiap kelasnya minimal ngumpulin dua cerpen, satu cerpen karangan Horus yang berjudul Hidup yang akan kalian baca sebentar lagi, dan satu cerpen lagi karangan adiknya Horus. /sebut saja demikian xD/
Sebenernya Horus sendiri sudah beberapa bulan yang lalu ingin nulis cerpen lagi, udah sih bikin drafnya tapi cerpennya masih belum selesai, masih dalam bentuk entri artikel di blog. Jadi kali ini Horus ingin berbagi cerpen di blog personalnya Horus - kalau mau beri 'krisar' sumangga atuh -

Hidup

Karya: Julias Galuhk Immanuel

 

        Pagi benar kujumpai seorang lelaki tua di sebuah gardu. Sambil menyiduk kopi yang masih hangat, dia tampak begitu bahagia. Saat itu aku hendak ke toko swalayan, jadi lewati lelaki tua itu. Kembalinya dari toko swalayan, kulihat kopi itu masih belum habis.
        “Kenapa kopi itu masih belum habis ya?
        Ada apa ya?"
        Karena diriku seorang pecinta kopi, kuhampiri lelaki tua itu. Rupanya, dia baru saja membawa seceret kopi dari rumahnya. Rumah lelaki tua itu berjarak tiga rumah dari gardu itu. Aku pun diajak untuk minum kopi bersamanya.
        “Kopinya enak Pak, saya suka.
        Ini kopi apa ya?”
        “Ini kopi luwak nak
        Kopi luwak rasanya memang seperti ini, enak sekali”
        “Ohh … Kopi luwak toh namanya.”
        Setelah cukup lama menghabiskan dua cangkir kopi dengan lelaki tua itu, aku segera pergi meninggalkan lelaki tua itu karena masih ada proyek-proyek yang harus ku kerjakan. Maklum, diri ini seorang nocturnal yang aktif di malam hari. Rumah ku cukup dekat dari gardu itu, kira-kira hanya berjarak dua puluh sembilan rumah. Saat itu sunyi sekali, namun sudah mulai ada satu atau dua ayam yang berkokok. Setibanya di depan rumah, ku melihat dua bapak-bapak yang juga minum-minum kopi di gardu dekat rumah.
        “Ngopi Pak?!”
        “Ia, ayo sini ikut ngopi juga.”
        “Makasih Pak, barusan juga sudah minum kopi kok.”
        “Ayo dah sini minum kopi.”
        “Io lee, ayo reneo melu ngopi!” sahut bapak yang satunya lagi.
        Aku segera menghampiri bapak-bapak itu. Kita berbincang-bincang tim sepak bola kesayangan kita, kebetulan aku menyukai tim sepak bola dari negara Belanda. Tak disangka-sangka ternyata aku sudah menghabiskan dua cangkir kopi lagi. “Wah, mungkin hari ini hari kopi sedunia ya.” Aku membatin.
        Setelah berbincang-bincang lebih lanjut, ternyata bapak berdua ini tidak tinggal di perumahan yang saya tinggali. Mereka berasal dari daerah sebelah. Cukup lama berbincang-bincang dengan bapak itu, Aku teringat bahwa masih ada yang harus kukerjakan, yaitu proyek-proyek ku. Segera Aku menghabiskan secangkir kopi yang masih ada di tangan ku.
        “Pak, saya pulang dulu ya?”
        “Ada apa nak?”
        “Begini Pak, masih ada proyek yang harus saya kerjakan.”
        “Ya sudah, silahkan nak.”
        Lalu ku segera masuk ke dalam rumah tuk mengerjakan proyek-proyek ku. Kadang ku tertawa sendiri. Ketika yang lainnya tertidur Aku terbangun, ketika ku tertidur yang lainnya terbangun. “Ohh Tuhan, lelah diriku ini Tuhan”. Waktu berlalu begitu cepat, mulanya waktu menunjukkan pukul satu pagi, sekarang sudah menunjukkan pukul lima pagi.
        Keesokan harinya, seperti biasa aku keluar pergi ke toko swalayan untuk beli-beli makanan. Waktu itu masih pukul sepuluh malam. Aku masih menjumpai lelaki tua kemarin, kuhampiri lah lelaki tua itu.
        “Minum kopi lagi, Pak?!” sahut ku dari jauh gardu.
        “Ia nak, ayo sini minum kopi juga!”
        “Ia Pak”
        “Ayo sini cepat-cepat”
        Kali ini, bukan kopi luwak lagi yang lelaki tua itu suguhkan. Tetapi kopi Toraja. Tegukan pertamanya bagaikan ada bidadari yang menghampiriku. Gila benar kopi yang lelaki tua ini suguhkan.
        “Pak, Bapak dapat kopi gila seperti ini dari mana sih?
        Saya juga pengen beli nih”
        “Ini kopi sudah persediaan saya nak, masih ada beberapa lagi di rumah saya”
        “Saya sebenarnya sudah pernah nyicipin kopi Toraja, tapi belum pernah nikmatnya senikmat kopi buatan Bapak.”
        “Wah, kamu bisa aja nak.
        Mungkin masaknya yang berbeda nak”
        “Cara masaknya?
        Cara yang bagaimana Pak?” sahutku penuh tanya.
        Lelaki tua itu menjelaskan padaku bagaimana cara merebus air yang benar, cara menggoreng kopi yang benar, cara menghaluskannya, dan masih banyak hal lagi yang berkaitan dengan kopi itu. Kurang lebih sudah dua jam kuhabiskan waktuku bersama lelaki tua itu. Aku segera pulang ke rumah untuk melanjutkan proyek-proyek yang sudah menantiku.
        Ketika aku mengerjakan proyek, aku terpikir untuk mencoba melakukan cara-cara yang sudah diajarkan lelaki tua itu.
        “Duh, kok aku ingin mencoba cara tadi ya?
        Ke dapur ahh.”
        Setelah pergi ke dapur. Kopi yang kubuat sekarang sudah lebih enak. Tetapi masih tidak bisa senikmat kopi yang dibuat oleh lelaki tua itu. Dengan kopi yang kurang nikmat itu, ditemanilah aku untuk mengerjakan proyek-proyek yang waktu tenggangnya tersisa tiga hari lagi. Ku kerjakan terus dan akhirnya tepat pukul empat lebih tiga puluh tujuh menit proyekku sudah selesai kukerjakan. Tinggal mengirim proyek tersebut ke atasanku dan mendapatkan revisi selanjutnya. “Semoga saja tidak ada revisi.” Ku membatin penuh rintih.
        Paginya kurang lebih pukul Sembilan pagi aku segera berangkat ke kantor. Seperti pekerja kantor lainnya, aku melakukan cek absen di administrasi kantor dan segera ke kantor ku. Di kantor benar-benar membuat ku penat. Ada-ada saja ulah teman ku itu, dia mengerjai atasan ku. Akhirnya kami kena omelan, untungnya aku sudah mengirimkan proyek-proyek itu jadi atasan ku tidak begitu marah kepadaku. Sepulang dari kantor, kulihat banyak orang bergerombolan. Karena ku terburu-buru ku hiraukan saja gerombolan orang itu. Namun bunyi sirine ambulan membuat ku tak bisa untuk menghampirinya. Ku segera turun dari sepeda motor ku dan melihat kesana, ke gerombolan-gerombolan orang itu. Ternyata gardu yang beberapa hari lalu kugunakan untuk minum kopi bersama dengan lelaki tua kini menjadi tempat kejadian perkara. Aku masih bingung, ku lihat ada darah mengalir di jalan. Lelaki yang baru beberapa hari itu kutemani minum kopi ternyata sudah tiada. Dia telah dibunuh. Entah siapa pelakunya polisi masih mencari bukti-buktinya. Masih terlekat dibenakku saat-saat bersama dengan lelaki tua itu. Disepanjang jalan aku masih tidak bisa berpikir bagaimana hal itu terjadi.
        “Bagaimana bisa ya?
        Setahuku bapak itu bapak baik-baik, tapi kok ada-ada saja yang membunuhnya ya?
        Aduh, yang nemenin aku ngopi siapa nanti ya?” gumamku sambil tertawa.
        Hal ini sangat lucu. Hari pertama aku merasa seperti sedang mengalami hari kopi sedunia, hari kedua aku diberitahu oleh seorang lelaki tua tentang bagaimana membuat kopi dan di kantor ada saja ulah teman ku yang mengerjain atasanku. Benar-benar aneh. Sungguh aneh tapi nyata. Tapi semua hal itu dapat kulewati, aku justru tertawa bahagia bahkan terlihat senang-senang saja setelah mengetahui hal seperti itu. Mungkin ini semua hasil dari kesukaanku membaca buku-buku filsafat. Ya. Di buku yang kubaca itu, mengajarkanku bagaimana caranya melepas, salah satunya adalah bagaimana caranya agar kita tidak membiarkan pengetahuan kita membuat kita menjadi tidak bahagia. Hal kematian yang dialami oleh lelaki tua itu, adalah hal yang wajar. Mati itu oke. Orang menganggap bahwa mati adalah hal yang salah. Tidak ada yang salah dengan kematian, karena mati adalah bagian dari kehidupan.

Cerpen Pribadi - Hidup


Inilah Aku - Julias Galuhk Immanuel

Yhaa, jadi ini ceritanya Horus beberapa minggu yang lalu ada tugas nulis cerpen dari Pak Dosen /sebut saja "Pak Dosen" kei? xD/ Nah, berhubung Horus yhaa pengangguran /yhaa kali pengangguran/ jadi tuh cerpen ku selipin di blog personalnya Horus - kalau mau beri 'krisar' sumangga atuh -

Inilah Aku

Karya: Julias Galuhk Immanuel

 

        Di saat yang lain bersenang-senang bermain ke sana-kemari, hanya dia seorang yang menyendiri. Entah apa yang telah terjadi padanya tidak ada yang tahu, yang mereka tahu dia hanya seorang gadis biasa. Benar-benar gadis biasa yang hanya tahu bagaimana caranya menyendiri. Terperangkap dalam heningnya kehidupan, sungguh malang nasibnya.
        Suatu ketika aku menatapnya, dia juga menatap ku lalu dia tersenyum simpul, sontak aku pun memalingkan wajah ku.
         “A-Apakah tadi dia tersenyum pada ku? Atau itu hanya perasaan ku saja?”
         “Tidak mungkin. Tidak mungkin dia tersenyum pada ku. Sungguh mustahil baginya untuk tersenyum.”
         “Tapi mungkin saja kan? Apa yang tidak mungkin di dunia ini?”
         “Argghhh, kenapa dia tersenyum? Benarkah dia tersenyum? Aku tak tahu!”
         Dia pergi meninggalkan kelas. Mungkin dia kembali menyendiri dan menikmati indahnya langit-langit. Hanya itu yang aku tahu, dia benar-benar suka menatap langit. Aku pun masih bertanya-tanya, tapi aku takut untuk menanyakannya pada teman-teman di kelas. Karena mereka semua sudah mengenalnya sebagai gadis biasa yang selalu menyendiri.
         Hari demi hari pun berlalu, aku terus saja memikirkannya. Aku selalu menatapnya berharap dia akan menatapku lagi. Aku hanya bisa menatap saja, tak berani diri ini menghampirinya. Benar-benar tak berani, rasanya seperti tertekan ratusan bahkan ribuan tapak Sang Buddha saat kuingin menghampirinya.
         “Oh Tuhan, tekanan macam apa ini?”
         “Apakah dia mempunyai kekuatan supranatural atau bagaimana?”
         “Daku hanya ingin menghampirinya saja serasa ditekan oleh Sang Buddha. Derita macam apa yang ditanggungnya sampai aku bisa begini?”
         Namun ketika diriku tengah sibuk, kumendengar rumor bahwa teman-teman melihat gadis pendiam itu menatap diriku. Ya, dia menatapku cukup lama kata mereka.
         “Hei! Kudengar gadis itu menatapku. Apakah itu benar?”
         “Ya, tadi aku melihatnya menatapmu. Entah kesambet apa gadis itu menatapmu”
         “Haaa?! Mana mungkin dia menatapku? Kamu kan tahu sendiri bahwa dia selalu terdiam hening layaknya patung hidup. Bahkan walaupun bapak ibu guru datang dia tetap saja diam tanpa satu kata pun”
         “Benar juga sih, tapi jujur ini benar-benar hal yang tidak wajar dan sangat aneh.”
         Semenjak kejadian itu, aku mulai penasaran dengannya. Kucoba memberanikan diri dengan menyentuh pundaknya, namun dia tidak menoleh. Kucoba lagi hari-hari berikutnya, masih saja tidak menoleh. Aku benar-benar gila dibuatnya.
         “Wah, bisa gila aku kalau begini caranya”
         “Ha? Memangnya kamu kenapa?”
         “Kamu pasti tahu, siapa lagi yang bisa membuatku gila kalau bukan karena si gadis pendiam itu? Gerah rasanya”
         “Hahahaha, coba kau dekati dia lagi”
         “Bagaimana kalau kamu saja deh? Sudah bosan diri ini”
         “Ngga deh terima kasih, kamu saja. Sudah banyak sekali masalah yang kuhadapi. Mau tambah satu masalah lagi. Hadeh.”
         Benar-benar menyesal diri ini menatapnya kala itu. Bagaimana mungkin dia tiba-tiba menatap aku. Sudah dua bulan lamanya diri ini terperangkap oleh tatapannya. Tapi masih saja bayangan itu tak kunjung hilang. Andai saja aku miliki alat pemundur waktu. Pasti sudahku mundurkan waktu ini.
        Keputusanku sudah bulat. Hari ini akanku buat menyadari keberadaanku. Di saat waktu istirahat tiba, aku mulai melakukan aksiku.
         “Inilah aku, orang yang kau buat gila kepayang” kataku terhadap gadis itu. Dia menorehkan wajahnya kepadaku. Dia masih saja terdiam. “Hai! Inilah aku yang selalu kau hiraukan. Bisakah kamu menjawabku?” Kataku lagi dengan kesal.
         “Apa yang kamu katakan? Bukankah seharusnya aku yang berkata begitu?”
         “Ha? Kenapa bisa kamu? Justru akulah yang seharusnya berkata begitu”
         “Aku adalah kamu. Kamu adalah aku. Kenapa kamu masih tidak menyadarinya?”
         Ku terdiam sejenak. “Bagaimana mungkin bisa begitu?!” ku membatin. Lalu ketika aku hendak menjawabnya, dia menghilang. Saat itulah aku sadar bahwa dia benar-benar adalah aku. Dia yang membuat aku terpuruk, yang membuat hati ku kacau, semua itu adalah aku. Dia adalah aku, halusinasi yang telah kuciptakan.

Cerpen Pribadi - Inilah Aku